Pak Amanto, seorang pria paruh baya yang bekerja sebagai Petugas Penjaga
Pintu Perlintasan Kereta Api di Jalan Putri Hijau, Medan-Sumatera Utara
ini telah mengabdikan hidupnya untuk bekerja mengawasi pintu perlintasan
kereta api. Beliau setiap harinya bergantian shift untuk mengawasi
perlintasan kereta api di Jalan Putri Hijau dengan rekan kerjanya.
Setiap hari Beliau datang ke tempat kerjanya dengan membawa bekal
makanan untuk makan siang yang disiapkan istrinya . Hal itu selalu
diterapkannya agar menghemat pengeluaran membeli nasi di luar, dimana gaji
Beliau yang seadanya masih lebih dibutuhkan untuk biaya keempat anaknya
yang masih bersekolah . Namun begitu, Pak Amanto tetap bersyukur dan
selalu bersabar menghadapi peliknya hidup.
Pak Amanto dengan segurat lelah diwajahnya selalu menjalani rutinitasnya sebagai Penjaga Pintu Perlintasan KA dengan ikhlas dan sepenuh hati walau kadang Beliau merasa lelah,tetapi Beliau tetap semangat. Ditengah rutinitasnya yang terkadang membosankan karena hanya bertugas sendirian,Pak Amanto hanya bisa ditemani oleh radio kecilnya yang sudah usang sekedar untuk sejenak menghilangkan rasa bosannya. Terkadang jika radio usangnya rusak dan Beliau tidak bisa memperbaikinya sendiri dengan segera, Pak Amanto hanya bisa duduk, menghisap sebatang rokok dan sembari mengingat jam-jam berapa saja KA yang akan lewat dan Beliau harus segera menurunkan palang perlintasan KA tersebut tepat waktu.
Disela rutinitasnya, Pak Amanto berulang kali melihat jadwal KA yang akan lewat, sekedar untuk mengingatnya agar tidak lupa menurunkan palang perlintasan KA dan sesekali berdiri sejenak, karena mungkin pegal juga berjam-jam duduk di kursinya.
Begitulah rutinitas Pak Amanto sehari-hari. Beliau sungguh ikhlas menjalani pekerjaannya dan melakukan tanggungjawabnya. Walaupun terkadang Beliau sakit, Beliau tetap memaksakan diri untuk tetap pergi bekerja agar tidak lepas dari tanggungjawabnya. Beliau adalah Pahlawan bagi banyak orang,bagi kita semua karena Beliau-lah dapat berkurangnya kecelakaan diperlintasan KA.Tidak jarang Pak Amanto berteriak dibawah terik matahari mencegah pengemudi mobil, motor, betor, dan manusia yang tidak mau peduli atas resiko melanggar palang perlintasan KA tersebut. Tapi Pak Amanto tetap sabar mengingatkan. Dan kadang Beliau terpaksa tidak bisa mudik dikarenakan tugas yang tidak bisa ditinggalkan, Beliau merasa sedih tapi mau bagaimana sudah kewajiban. Pak Amanto adalah salah satu kisah yang terlupakan dari sekian banyak petugas pelayanan publik di negeri ini yang harus meninggalkan keluarga tercinta mereka untuk bertugas. Tugas merekapun bukanlah tugas mudah karena lengah sedikit nyawa orang taruhannya. Mudah-mudahan kisah Pak Amanto ini bisa kita tauladani dan kita sadari bahwa mungkin bagi beberapa orang pekerjaan ini sepele tapi sesungguhnya sangat mulia karena menyangkut nyawa orang banyak.
by: indaa
pemilik risiko besar... tpi apresiasi utk mereka kecil :(
BalasHapus