Bergen adalah kota yang cantik, terletak di pinggiran fjord. Ia merupakan kota kedua terbesar
di negara kaya sumber daya alam ini, dan merupakan salah satu tujuan
turis yang paling ramai, terutama karena daerah selatan Norwegia
memiliki banyak fjord yang padat dikunjungi wisatawan. Sebut saja antara Oslo dan Bergen, beberapa yang terkenal antara lain Sognefjord, fjord yang terbesar dan terpanjang di Norwegia dan kedua terpanjang di dunia. Sepanjang Sognefjord, ada beberapa cabang fjord
lain yang tak kalah cantik, yaitu Nærøyfjord, Lærdalfjord, Ardalsfjord
dan Lustrafjord. Selain itu, di antara Bergen dan Oslo terdapat beberapa
tujuan pariwisata seperti Gudvangen, Flåm (dengan Flåm Railway-nya
yang terkenal), Myrdal, dan Voss. Baik ketika musim panas maupun musim
dingin, jalur kereta api Bergen – Oslo selalu ramai. Kalau di Indonesia,
barangkali ini mirip dengan jalur Jakarta – Surabaya.
Kabarnya, jalur kereta api Bergen – Oslo adalah salah satu yang terbaik di dunia. Saya setuju.
Perjalanan dimulai pagi hari sekali di stasiun Bergen yang cukup sederhana. Stasiun ini hanya memiliki empat jalur peron (platform). Kereta hari itu dijadwalkan berangkat pukul tujuh pagi. Menurut rencana, kereta akan sampai di Oslo tujuh jam kemudian.
Gerbong kereta yang saya naiki sangat modern, barangkali salah satu
yang paling modern di Skandinavia selama perjalanan saya di Denmark,
Swedia & Norwegia. Interior bernada warna hijau toska dan coklat
muda menyambut ketika pintu otomatis saya buka. Ternyata, di sini, untuk
memasuki gerbong tidak harus mendorong pintu sekuat-kuatnya atau
meminta bantuan petugas. Cukup tekan tombol lingkaran yang cukup besar,
pintu terbuka dengan sistem hidraulik yang mengesankan. Jarak antara platform
dan gerbong terlalu tinggi? Jangan khawatir, selain pintu membuka,
sandaran kaki pun turun untuk membantu penumpang menaiki gerbong. Serasa
seperti masuk ke pesawat luar angkasa.
Saya sempatkan berkeliling dari gerbong ke gerbong. Ternyata ada
fitur lain yang mengesankan dari kereta api ini. Setiap gerbong
dilengkapi display elektronik yang menyajikan informasi tujuan
dan stasiun. Di bagian pintu masuk, terdapat tempat sampah, dan
kompartemen penyimpanan barang besar seperti koper. Mereka yang punya
koper besar tak perlu bersusah payah mengangkatnya ke kompartemen di
atas tempat duduk. Jalan sedikit lagi, kita sampai di family car. Bukan, bukan mobil keluarga. “Car”
di sini artinya gerbong. Gerbong keluarga ini dirancang khusus untuk
penumpang yang membawa keluarga muda, dalam hal ini ayah, ibu dan
anak-anak. Di sini, ada ruang bermain anak, sebuah meja di tengah yang
dikelilingi tempat duduk sofa nan nyaman, lalu ada televisi di atasnya.
Anak-anak bisa bermain puzzle atau robot-robotan, sementara orang tuanya menonton televisi, mungkin sambil menikmati makanan ringan.
Tak lama setelah itu, kereta bertolak. Pada setengah jam pertama,
kereta masih berusaha keluar dari kota Bergen. Hari itu tidak hujan,
syukurlah (sudah dari kemarin hujan dan suhu menjadi lebih dingin).
Pemandangan di luar sangat menarik. Pertama, Bergen memang kota yang
“bertengger” di fjord, sehingga kontur tanahnya sangat dinamis.
Kereta bisa melintas di atas bukit, lalu masuk ke dalam terowongan. Di
kejauhan, permainan latar depan dan belakang membuat saya berimajinasi
saya sedang berada di rangkaian model kereta api. Tak lama kemudian,
lanskap yang tadinya hijau, berubah menjadi sebaran putih karena salju
mulai turun. Saya sempat bertanya, kenapa salju turun di musim gugur?
Ah, belakangan saya sadari, kami mulai menanjak. Kabarnya, ini adalah
jalur kereta api dengan level permukaan paling tinggi di dunia, sekitar
1.222m di atas permukaan laut!
Masih juga belum selesai terpana, saya sudah disuguhi lanskap yang
lebat tertutup salju. Wow! Salju tebal, dengan hujan salju. Ini
spektakuler dan tak biasa bagi mata saya. Saya sibuk dengan kamera
karena takut sekali kehilangan momen. Karena mengambil foto sulit, saya
aktifkan saja mode videonya agar seluruhnya tertangkap.
Kereta sesekali masuk terowongan. Fakta menarik lain: ada 182
terowongan selama perjalanan dari Bergen ke Oslo. Tentu saja, saya tak
sempat menghitung.
Jika Anda punya waktu, ketika kereta berhenti di stasiun Myrdal,
turun dan naikilah The Flåm Railway ke sebuah kota kecil di pinggiran
Aurlandfjord, Flåm. The Flåm Railway adalah jalur kereta api yang
melalui tebing terjal, kabarnya melalui pemandangan yang sangat elok,
satu jam lamanya dan beroperasi baik ketika musim panas ataupun musim
dingin.
Ada beberapa kegiatan penting yang bisa dilakukan di antara Bergen dan Oslo, antara lain wisata alam ke Hardangervidda National Park antara stasiun Gol dan Gelio, wisata alam di Hallingskarvet
di Finse, stasiun dengan elevasi tertinggi di jalur ini, lalu tentu
saja Flåm, dan Voss untuk olahraga musim dingin seperti ski dan sledding (Tahukah Anda, kalau kata “ski” itu adalah istilah dari bahasa Norwegia?).
Kalau pun Anda tak berhenti, memang benar, sepanjang perjalanan
pandangan kita dimanjakan dengan alunan geografis yang silih berganti,
mulai dari tatanan fjord di Bergen, mendaki dataran tinggi yang
mulai ditutup salju, melewati gunung putih yang membahana, melihat
sejauh mata memandang rumah-rumah dan gedung-gedung kayu yang entah
digunakan oleh siapa namun menjadi latar depan yang kontras dengan
putihnya salju, keluar dan masuk terowongan, turun lagi dan bertemu
dengan hamparan luas kehijauan. Akhir dari perjalanan sudah tiba ketika
rangkaian gerbong memasuki daerah urban. Sekedip mata, saya sampai di
stasiun utama Oslo yang hiruk-pikuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar