Swiss boleh dibilang surga bagi para pencinta wisata pegunungan. Di negara Eropa Tengah ini, tak hanya udara dingin membeku yang dirasakan, tetapi para pengunjung juga bisa menikmati berjalan dan bermain-main bola salju di atas hamparan salju abadi di puncak tertinggi Eropa.
Lebih dari separuh wilayah Swiss terdiri dari pegunungan dengan
ketinggian rata-rata 1.200 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar
dari wilayah pegunungan itu merupakan gugus Pegunung-an Alpen yang
secara geografis terbentang dari Slovenia, Italia, Swiss, Austria,
Perancis hingga Jerman. Puncak tertingginya adalah Mont Blanc atau
Gunung Putih yang masuk dalam wilayah negara Perancis. Tinggi gunung ini
4.815 meter. Di wilayah Swiss, rangkaian Pegunungan Alpen itu memiliki
sekitar 100 puncak yang ketinggiannya di atas 4.000 meter.
Dengan topografi seperti itu, tak heran bila alam pegunungan menjadi
obyek wisata primadona di Swiss. Sekitar 60 persen kegiatan wisata
pegunungan itu terdapat di Pegunungan Alpen. Untuk mencapai
tempat-tempat wisata tersebut, pengunjung bisa memilih menggunakan alat
transportasi seperti kereta api, bus atau kendaraan pribadi dari
berbagai kota di Swiss menuju ke sebuah kota kecil bernama Interlaken.
Interlaken terletak di kaki Pegunungan Alpen dan menjadi semacam
tempat transit bagi para pengunjung yang hendak berkunjung ke kawasan
wisata pegunungan Alpen. Lama perjalanan dari kota Zurich ke Interlaken
kurang lebih dua jam menggunakan bus. Interlaken adalah sebuah kota
kecil nan cantik berada di antara dua danau, Bienzersee dan Thunersee.
Itu sebabnya dia dinamakan Interlaken, yang berarti di antara danau.
Kota ini tercipta akibat aliran gletser pada masa lampau. Dari kota ini
tampak gunung-gunung yang diselimuti salju abadi menjulang di depan
mata.
Di Interlaken, biasanya, ada sebagian pengunjung yang memilih
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki atau hiking melewati
desa-desa terakhir di Alpen atau menyusuri tepian sungai dan danau yang
mengalir tenang di celah-celah pegunungan. Tetapi, umumnya wisatawan
yang ingin menikmati puncak Pegunungan Alpen lebih memilih menggunakan
kereta api.
Sekedar tahu saja, berjalan kaki atau hiking melalui pedesaan dan
perbukitan merupakan kegiatan wisata paling populer di sana. Ada ribuan
jalur jalan setapak untuk hiking yang dilengkapi dengan informasi peta
dan petunjuk jalan warna kuning yang jelas. Petunjuk jalan ini memuat
informasi mengenai arah tujuan, jarak tempuh, waktu tempuh dan
ketinggian. Jangan takut kelaparan atau kelelahan, karena restoran dan
hotel atau tempat penginapan sederhana bertebaran di berbagai sudut
pedesaan dan pinggir jalan menuju puncak Alpen.
Untuk urusan pariwisata, Swiss memang terkenal sangat detil.
Informasi pariwisata tersedia di tiap tempat strategis seperti stasiun,
restoran, dan tempat wisata dan area publik. Informasinya lengkap dan
akurat, mulai dari jadwal, harga hingga variasi kelas pelayanan alat
transportasi yang digunakan. Setiap informasi didesain menarik, plus
peta dan gambar lansekap yang menunjukkan secara jelas informasi lokasi
dan jenis sarana transportasi yang digunakan.
Top of Europe
Jungfraujoch demikian nama tempat tujuan wisata favorit yang berada di puncak Pegunungan Alpen. Jangan mengaku pernah ke Swiss bila belum berkunjung ke tempat ini. Terletak di punggung pegunungan Alpen pada ketinggian sekitar 3.500 meter di atas permukaan laut, di antara dua puncak, Eiger dan Monch, Jungfraujoch disebut pula sebagai ”Top of Europe” atau ”Puncak Eropa”. Jungfraujoch (berasal dari bahasa Jerman yang berarti dara atau perawan) disebut sebagai puncak Eropa bukan karena lokasinya yang paling tinggi di benua itu. Tetapi, lantaran ini merupakan daerah tujuan wisata tertinggi di Eropa.
Jungfraujoch demikian nama tempat tujuan wisata favorit yang berada di puncak Pegunungan Alpen. Jangan mengaku pernah ke Swiss bila belum berkunjung ke tempat ini. Terletak di punggung pegunungan Alpen pada ketinggian sekitar 3.500 meter di atas permukaan laut, di antara dua puncak, Eiger dan Monch, Jungfraujoch disebut pula sebagai ”Top of Europe” atau ”Puncak Eropa”. Jungfraujoch (berasal dari bahasa Jerman yang berarti dara atau perawan) disebut sebagai puncak Eropa bukan karena lokasinya yang paling tinggi di benua itu. Tetapi, lantaran ini merupakan daerah tujuan wisata tertinggi di Eropa.
Perjalanan menuju puncak ini akan dimulai dari stasiun Interlaken Ost
menuju ke sebuah stasiun kecil bernama Lauterbrunnen. Jalur kereta api
ke Lauterbrunnen seperti memipir di antara tebing, lembah, dan kaki-kaki
bukit yang menghijau. Lembah Lauterbrunnen ini berada di bawah
permukaan, diapit bukit-bukit atau pegunungan dengan ketinggian sampai
1.000 meter di kedua sisinya. Di sini kita temukan banyak rumah dan
penginapan dengan konstruksi kayu dibangun di antara lembah-lembah
tersebut.
Sepanjang perjalanan ini mata kita dibuai pemandangan yang
menakjubkan. Kita bisa menyaksikan puluhan air terjun berbagai ukuran
dan karakteristik jatuh dari lereng pegunungan curam setinggi ratusan
meter ke dasar lembah yang menghampar hijau di bawahnya. Di
lembah-lembah itulah, setiap musim panas tiba, para peternak sapi
menggembalakan sapi mereka agar ternak peliharannya mendapatkan rumput
segar. Penggemar hiking di musim panas atau pemain ski di musim salju
juga biasa menikmati lembah-lembah di sekitar situ.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, kereta sampai di
stasiun Lauterburnnen. Di sini kereta api diganti dengan kereta api
khusus bergerigi (Cogwheel) agar bisa menanjak ke Kleine Scheidegg yang
berada pada ketinggian 2.061 meter di atas permukaan laut (dpl). Lama
perjalanan ke Stasiun Kleine-Scheidegg ini sekitar 45 menit.
Mendekati Kleine-Scheidegg, barisan pegunungan putih Alpen terlihat
di depan mata. Salah satu yang paling menakjubkan adalah dinding utara
Gunung Eiger. Gunung berwarna hitam setinggi 3.970 meter ini sudah tak
asing lagi bagi para pendaki gunung Indonesia. Sejak tahun 1990-an para
pendaki Indonesia sudah beberapa kali mencoba mendaki tebing utara
gunung tersebut.
Setibanya di stasiun Kleine-Scheidegg, pengunjung beralih lagi ke
kereta api yang lebih khusus untuk melakukan pendakian akhir menuju
stasiun Jungfraujoch. Sebelum perjalanan dilanjutkan, para penumpang
biasanya rehat sebentar untuk mengisi perut atau sekadar cuci mata.
Pendakian menuju Stasiun Jungfraujoch sebagian besar melalui
terowo-ngan. Terowongan yang dibangun 1896-1912 tersebut digali menembus
batuan granit Gunung Eiger sepanjang 7,3 kilometer. Sepanjang
perjalanan, tak ada pemandangan lain yang bisa dinikmati kecuali
hamparan salju.
Semakin tinggi tempat yang dilewati, napas terasa berat dan
mengantuk. Wisatawan disarankan untuk memakan gula, permen, atau cokelat
serta banyak minum. Perjalanan dari Kleine Sheidegg ke Jungfrau memakan
waktu sekitar satu jam. Untuk penyesuaian diri dengan ketinggian
(aklimatisasi), kereta berhenti dua kali di perjalanan, yakni di
Eigerwand dan Eismeer. Di Eigerwand pengunjung bisa menikmati
pemandangan dari sebuah jendela kaca untuk melihat dinding utara puncak
Eiger. Sedangkan pada perhentian di Esimeer pengunjung bisa melihat sisi
selatan Eiger. Jendela-jendela di dua perhentian tadi juga berfungsi
sebagai penyelamat bagi para pendaki tebing saat terjadi kecelakaan.
Setelah sekian lama berada dalam kegelapan terowongan, sampailah di
stasiun Jungfraujoch. Kompleks wisata Jungfraujoch adalah sebuah
kompleks bangunan yang separuhnya dibangun di dalam gunung, di bawah
lapisan batuan granit dan es abadi permafrost. Bangunan utama, yang
disebut Berghaus, terdiri atas lima lantai, yang berisi mulai dari
restoran, toko cinderamata, hingga fasilitas riset ilmiah.
Ada satu kompleks lagi yang lebih tinggi dari Jungfraujoch, yakni
Observatorium Sphinx. Untuk menuju bangunan observatorium itu,
pengunjung harus menggunakan lift setinggi 108 meter. Inilah puncak
sesungguhnya dari Jungfraujoch atau yang sering disebut sebagai Top of
Europe alias Puncak Eropa itu. Bangunan lima lantai itu benar-benar
dibangun di atas bebatuan puncak gunung yang runcing dan sempit pada
ketinggian 3.571 m.
Dari teras di depan bangunan observatorium, para pengunjung bisa
melihat pemandangan ke berbagai arah. Ke arah timur laut, terlihat
puncak Gunung Monch menjulang, sementara di arah berlawanan tampak
puncak Jungfraujoch menjadi titik tertinggi dari deretan puncak
pegunungan Alpen. Di sebelah selatan, terlihat pemandangan spektakuler
Gletser Aletsch Bietschhorn. Gletser terpanjang di Eropa yang membentang
23 kilometer menuju kedalaman Lembah Rhone ini ditetapkan UNESCO
sebagai heritage dunia.
Di puncak Jungfraujoch, pengunjung bisa menikmati berbagai fasilitas
wisata termasuk memasuki sebuah lorong es dengan hiasan patung-patung es
berbagai bentuk. Atau bermain salju di beberapa tempat termasuk di
Teras Sphinx yang terkenal itu. Beberapa restoran juga tersedia dengan
berbagai sajian menu dan ragam harga.
Jika cuaca cerah, sebagian kota di dekat wilayah itu dan danau-danau
yang membelah Swiss akan terlihat jelas dari Jungfraujoch. Waktu terbaik
untuk berkunjung ke sana adalah pada bulan April dan Mei. Pada
bulan-bulan itu, ratusan orang setiap harinya akan membanjiri puncak
tertinggi Eropa ini.
Biaya perjalanan menggunakan kereta api ke sana lumayan mahal. Jika
mengambil paket harian, rata-rata per orang biayanya antara Rp900 ribu
hingga Rp1,2 juta. Mungkin karena mahalnya itu, masih banyak orang Swiss
yang belum pernah berkunjung ke Jungfraujoch.
GR/http://jakartamagazine.com/posted on 01092010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar