Senin, 27 Agustus 2012

SWITZERLAND: TOP OF EUROPE

Swiss boleh dibilang surga bagi para pencinta wisata pegunungan. Di negara Eropa Tengah ini, tak hanya udara dingin membeku yang dirasakan, tetapi para pengunjung juga bisa menikmati berjalan dan bermain-main bola salju di atas hamparan salju abadi di puncak tertinggi Eropa.



Lebih dari separuh wilayah Swiss terdiri dari pegunungan dengan ketinggian rata-rata 1.200 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar dari wilayah pegunungan itu merupakan gugus Pegunung-an Alpen yang secara geografis terbentang dari Slovenia, Italia, Swiss, Austria, Perancis hingga Jerman. Puncak tertingginya adalah Mont Blanc atau Gunung Putih yang masuk dalam wilayah negara Perancis. Tinggi gunung ini 4.815 meter. Di wilayah Swiss, rangkaian Pegunungan Alpen itu memiliki sekitar 100 puncak yang ketinggiannya di atas 4.000 meter.
Dengan topografi seperti itu, tak heran bila alam pegunungan menjadi obyek wisata primadona di Swiss. Sekitar 60 persen kegiatan wisata pegunungan itu terdapat di Pegunungan Alpen. Untuk mencapai tempat-tempat wisata tersebut, pengunjung bisa memilih menggunakan alat transportasi seperti kereta api, bus atau kendaraan pribadi dari berbagai kota di Swiss menuju ke sebuah kota kecil bernama Interlaken.


Interlaken terletak di kaki Pegunungan Alpen dan menjadi semacam tempat transit bagi para pengunjung yang hendak berkunjung ke kawasan wisata pegunungan Alpen. Lama perjalanan dari kota Zurich ke Interlaken kurang lebih dua jam menggunakan bus. Interlaken adalah sebuah kota kecil nan cantik berada di antara dua danau, Bienzersee dan Thunersee. Itu sebabnya dia dinamakan Interlaken, yang berarti di antara danau. Kota ini tercipta akibat aliran gletser pada masa lampau. Dari kota ini tampak gunung-gunung yang diselimuti salju abadi menjulang di depan mata.
Di Interlaken, biasanya, ada sebagian pengunjung yang memilih melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki atau hiking melewati desa-desa terakhir di Alpen atau menyusuri tepian sungai dan danau yang mengalir tenang di celah-celah pegunungan. Tetapi, umumnya wisatawan yang ingin menikmati puncak Pegunungan Alpen lebih memilih menggunakan kereta api.
Sekedar tahu saja, berjalan kaki atau hiking melalui pedesaan dan perbukitan merupakan kegiatan wisata paling populer di sana. Ada ribuan jalur jalan setapak untuk hiking yang dilengkapi dengan informasi peta dan petunjuk jalan warna kuning yang jelas. Petunjuk jalan ini memuat informasi mengenai arah tujuan, jarak tempuh, waktu tempuh dan ketinggian. Jangan takut kelaparan atau kelelahan, karena restoran dan hotel atau tempat penginapan sederhana bertebaran di berbagai sudut pedesaan dan pinggir jalan menuju puncak Alpen.


Untuk urusan pariwisata, Swiss memang terkenal sangat detil. Informasi pariwisata tersedia di tiap tempat strategis seperti stasiun, restoran, dan tempat wisata dan area publik. Informasinya lengkap dan akurat, mulai dari jadwal, harga hingga variasi kelas pelayanan alat transportasi yang digunakan. Setiap informasi didesain menarik, plus peta dan gambar lansekap yang menunjukkan secara jelas informasi lokasi dan jenis sarana transportasi yang digunakan.

Top of Europe
Jungfraujoch demikian nama tempat tujuan wisata favorit yang berada di puncak Pegunungan Alpen. Jangan mengaku pernah ke Swiss bila belum berkunjung ke tempat ini. Terletak di punggung pegunungan Alpen pada ketinggian sekitar 3.500 meter di atas permukaan laut, di antara dua puncak, Eiger dan Monch, Jungfraujoch disebut pula sebagai ”Top of Europe” atau ”Puncak Eropa”. Jungfraujoch (berasal dari bahasa Jerman yang berarti dara atau perawan) disebut sebagai puncak Eropa bukan karena lokasinya yang paling tinggi di benua itu. Tetapi, lantaran ini merupakan daerah tujuan wisata tertinggi di Eropa.


Perjalanan menuju puncak ini akan dimulai dari stasiun Interlaken Ost menuju ke sebuah stasiun kecil bernama Lauterbrunnen. Jalur kereta api ke Lauterbrunnen seperti memipir di antara tebing, lembah, dan kaki-kaki bukit yang menghijau. Lembah Lauterbrunnen ini berada di bawah permukaan, diapit bukit-bukit atau pegunungan dengan ketinggian sampai 1.000 meter di kedua sisinya. Di sini kita temukan banyak rumah dan penginapan dengan konstruksi kayu dibangun di antara lembah-lembah tersebut.
Sepanjang perjalanan ini mata kita dibuai pemandangan yang menakjubkan. Kita bisa menyaksikan puluhan air terjun berbagai ukuran dan karakteristik jatuh dari lereng pegunungan curam setinggi ratusan meter ke dasar lembah yang menghampar hijau di bawahnya. Di lembah-lembah itulah, setiap musim panas tiba, para peternak sapi menggembalakan sapi mereka agar ternak peliharannya mendapatkan rumput segar. Penggemar hiking di musim panas atau pemain ski di musim salju juga biasa menikmati lembah-lembah di sekitar situ.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, kereta sampai di stasiun Lauterburnnen. Di sini kereta api diganti dengan kereta api khusus bergerigi (Cogwheel) agar bisa menanjak ke Kleine Scheidegg yang berada pada ketinggian 2.061 meter di atas permukaan laut (dpl). Lama perjalanan ke Stasiun Kleine-Scheidegg ini sekitar 45 menit.
Mendekati Kleine-Scheidegg, barisan pegunungan putih Alpen terlihat di depan mata. Salah satu yang paling menakjubkan adalah dinding utara Gunung Eiger. Gunung berwarna hitam setinggi 3.970 meter ini sudah tak asing lagi bagi para pendaki gunung Indonesia. Sejak tahun 1990-an para pendaki Indonesia sudah beberapa kali mencoba mendaki tebing utara gunung tersebut.


Setibanya di stasiun Kleine-Scheidegg, pengunjung beralih lagi ke kereta api yang lebih khusus untuk melakukan pendakian akhir menuju stasiun Jungfraujoch. Sebelum perjalanan dilanjutkan, para penumpang biasanya rehat sebentar untuk mengisi perut atau sekadar cuci mata. Pendakian menuju Stasiun Jungfraujoch sebagian besar melalui terowo-ngan. Terowongan yang dibangun 1896-1912 tersebut digali menembus batuan granit Gunung Eiger sepanjang 7,3 kilometer. Sepanjang perjalanan, tak ada pemandangan lain yang bisa dinikmati kecuali hamparan salju.
Semakin tinggi tempat yang dilewati, napas terasa berat dan mengantuk. Wisatawan disarankan untuk memakan gula, permen, atau cokelat serta banyak minum. Perjalanan dari Kleine Sheidegg ke Jungfrau memakan waktu sekitar satu jam. Untuk penyesuaian diri dengan ketinggian (aklimatisasi), kereta berhenti dua kali di perjalanan, yakni di Eigerwand dan Eismeer. Di Eigerwand pengunjung bisa menikmati pemandangan dari sebuah jendela kaca untuk melihat dinding utara puncak Eiger. Sedangkan pada perhentian di Esimeer pengunjung bisa melihat sisi selatan Eiger. Jendela-jendela di dua perhentian tadi juga berfungsi sebagai penyelamat bagi para pendaki tebing saat terjadi kecelakaan.
Setelah sekian lama berada dalam kegelapan terowongan, sampailah di stasiun Jungfraujoch. Kompleks wisata Jungfraujoch adalah sebuah kompleks bangunan yang separuhnya dibangun di dalam gunung, di bawah lapisan batuan granit dan es abadi permafrost. Bangunan utama, yang disebut Berghaus, terdiri atas lima lantai, yang berisi mulai dari restoran, toko cinderamata, hingga fasilitas riset ilmiah.
Ada satu kompleks lagi yang lebih tinggi dari Jungfraujoch, yakni Observatorium Sphinx. Untuk menuju bangunan observatorium itu, pengunjung harus menggunakan lift setinggi 108 meter. Inilah puncak sesungguhnya dari Jungfraujoch atau yang sering disebut sebagai Top of Europe alias Puncak Eropa itu. Bangunan lima lantai itu benar-benar dibangun di  atas bebatuan puncak gunung yang runcing dan sempit pada ketinggian 3.571 m.
Dari teras di depan bangunan observatorium, para pengunjung bisa melihat pemandangan ke berbagai arah. Ke arah timur laut, terlihat puncak Gunung Monch menjulang, sementara di arah berlawanan tampak puncak Jungfraujoch menjadi titik tertinggi dari deretan puncak pegunungan Alpen. Di sebelah selatan, terlihat pemandangan spektakuler Gletser Aletsch Bietschhorn. Gletser terpanjang di Eropa yang membentang 23 kilometer menuju kedalaman Lembah Rhone ini ditetapkan UNESCO sebagai heritage dunia.


Di puncak Jungfraujoch, pengunjung bisa menikmati berbagai fasilitas wisata termasuk memasuki sebuah lorong es dengan hiasan patung-patung es berbagai bentuk. Atau bermain salju di beberapa tempat termasuk di Teras Sphinx yang terkenal itu. Beberapa restoran juga tersedia dengan berbagai sajian menu dan ragam harga.
Jika cuaca cerah, sebagian kota di dekat wilayah itu dan danau-danau yang membelah Swiss akan terlihat jelas dari Jungfraujoch. Waktu terbaik untuk berkunjung ke sana adalah pada bulan April dan Mei. Pada bulan-bulan itu, ratusan orang setiap harinya akan membanjiri puncak tertinggi Eropa ini.
Biaya perjalanan menggunakan kereta api ke sana lumayan mahal. Jika mengambil paket harian, rata-rata per orang biayanya antara Rp900 ribu hingga Rp1,2 juta. Mungkin karena mahalnya itu, masih banyak orang Swiss yang belum pernah berkunjung ke Jungfraujoch.  

GR/http://jakartamagazine.com/posted on 01092010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar